Kamis, 29 September 2011

"Bunuh Diri Bukan Punya Orang Miskin Saja"

| |

Kasus bunuh diri dengan cara melompat dari gedung bertingkat kembali terjadi. Bahkan dalam sepekan ini, sudah dua peristiwa bunuh diri terjadi dengan terjun dari ketinggian. Tapi yang menjadi perhatian bahwa pelaku bunuh diri adalah anak muda dalam kondisi yang sudah mapan.

Seperti disampaikan Indrawati Widiyanti, konselar dan pengelola situs janganbunuhdiri.net, tidak ada batas bahwa orang yang bunuh diri harus dari kalangan tidak mampu atau berpendidikan rendah.

Karena dalam kasus bunuh diri, persoalan yang dialami para pelaku yang harus diselidiki. Dan biasanya proses sampai orang melakukan bunuh diri sudah lama terjadi.

"Proses yang panjang, bisa saja puluhan tahun. Pada kasus yang pelakunya relatif lebih muda, proses bunuh dirinya mungkin saja sudah terjadi sejak kecil," ujarnya kepada VIVAnews,com, Kamis 29 September 2011.

Bunuh diri di tempat umum belakangan ini memang menjadi banyak pilihan para pelakunya. Cara lama dengan gantung diri dianggap sudah tidak bisa mewakili pelaku untuk mencari perhatian kepada banyak orang.

Tapi yang paling mendasar dalam setiap kasus bunuh diri adalah faktor depresi. Ketika lingkungan sekeliling tidak dapat mendeteksi, kemudian dengan cepat akan tumbuh dan terakumulasi sifat negatif dalam diri seseorang yang kemudian memutuskan untuk mengakhiri hidup.

"Orang berpenghasilan atau dari keluarga mapan juga punya tututan psikologis yang tidak dapat diatasi seorang diri," katanya.

Menurut Indrawati, tren melompat dari gedung tinggi banyak terjadi karena efek pembelajaran melalui media. Peristiwa yang disampaikan media dengan detail bisa memberikan masukan kepada orang lain yang ingin bunuh diri. 

"Pemberitaan lebih baik disamarkan dan tidak secara lengkap dicerita kondisi korban saat bunuh diri," katanya.

Pengamanan di tempat umum sebenarnya juga perlu diperhatikan. Penggunaan kamera pemantauan harus menjadi standar khusus untuk tempat umum. Polisi sebelumnya juga sudah meminta kepada pengelola mal untuk menambah kamera pemantau atau cctv khususnya di wilayah parkir.

Steven Wijaya, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari lantai 24 Apartemen Salemba Residence pada Sabtu, 24 September lalu.

Pria yang baru saja dinobatkan sebagai dokter ini dikenal atas penemuannya alat Pendeteksi dini penyakit kanker spektroskop optik, tahun 2009. Lalu kenapa dia mengakhiri hidupnya dengan melompat, polisi masih melakukan penyelidikan.

Aksi bunuh diri dengan melompat juga dilakukan Tjew Alvin, yang masih berusia 22 tahun. Dia ketahui melompat dari lantai 7 Imperium Mall Pluit, Jakarta Utara. Alvin datang ke mal dengan menggunakan mobil Honda Jazz B 8447 KM.

   VIVAnews

0 komentar:

go-top

Posting Komentar

Kamis, 29 September 2011

"Bunuh Diri Bukan Punya Orang Miskin Saja"

Diposting oleh Irmala Sita di 20.25
Kasus bunuh diri dengan cara melompat dari gedung bertingkat kembali terjadi. Bahkan dalam sepekan ini, sudah dua peristiwa bunuh diri terjadi dengan terjun dari ketinggian. Tapi yang menjadi perhatian bahwa pelaku bunuh diri adalah anak muda dalam kondisi yang sudah mapan.

Seperti disampaikan Indrawati Widiyanti, konselar dan pengelola situs janganbunuhdiri.net, tidak ada batas bahwa orang yang bunuh diri harus dari kalangan tidak mampu atau berpendidikan rendah.

Karena dalam kasus bunuh diri, persoalan yang dialami para pelaku yang harus diselidiki. Dan biasanya proses sampai orang melakukan bunuh diri sudah lama terjadi.

"Proses yang panjang, bisa saja puluhan tahun. Pada kasus yang pelakunya relatif lebih muda, proses bunuh dirinya mungkin saja sudah terjadi sejak kecil," ujarnya kepada VIVAnews,com, Kamis 29 September 2011.

Bunuh diri di tempat umum belakangan ini memang menjadi banyak pilihan para pelakunya. Cara lama dengan gantung diri dianggap sudah tidak bisa mewakili pelaku untuk mencari perhatian kepada banyak orang.

Tapi yang paling mendasar dalam setiap kasus bunuh diri adalah faktor depresi. Ketika lingkungan sekeliling tidak dapat mendeteksi, kemudian dengan cepat akan tumbuh dan terakumulasi sifat negatif dalam diri seseorang yang kemudian memutuskan untuk mengakhiri hidup.

"Orang berpenghasilan atau dari keluarga mapan juga punya tututan psikologis yang tidak dapat diatasi seorang diri," katanya.

Menurut Indrawati, tren melompat dari gedung tinggi banyak terjadi karena efek pembelajaran melalui media. Peristiwa yang disampaikan media dengan detail bisa memberikan masukan kepada orang lain yang ingin bunuh diri. 

"Pemberitaan lebih baik disamarkan dan tidak secara lengkap dicerita kondisi korban saat bunuh diri," katanya.

Pengamanan di tempat umum sebenarnya juga perlu diperhatikan. Penggunaan kamera pemantauan harus menjadi standar khusus untuk tempat umum. Polisi sebelumnya juga sudah meminta kepada pengelola mal untuk menambah kamera pemantau atau cctv khususnya di wilayah parkir.

Steven Wijaya, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari lantai 24 Apartemen Salemba Residence pada Sabtu, 24 September lalu.

Pria yang baru saja dinobatkan sebagai dokter ini dikenal atas penemuannya alat Pendeteksi dini penyakit kanker spektroskop optik, tahun 2009. Lalu kenapa dia mengakhiri hidupnya dengan melompat, polisi masih melakukan penyelidikan.

Aksi bunuh diri dengan melompat juga dilakukan Tjew Alvin, yang masih berusia 22 tahun. Dia ketahui melompat dari lantai 7 Imperium Mall Pluit, Jakarta Utara. Alvin datang ke mal dengan menggunakan mobil Honda Jazz B 8447 KM.

   VIVAnews

0 komentar on ""Bunuh Diri Bukan Punya Orang Miskin Saja""

Posting Komentar

About Me

Followers

Labels

Chat

Cbox
irmala
hosted by Cbox.ws

Banyak Pengunjung

My Playlist

from where you came?

Pages

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.
 
 

SHARING WITH ME | Diseñado por: Compartidísimo
Con imágenes de: Scrappingmar©

 
top